124 research outputs found

    HUBUNGAN INTENSITAS IBADAH DENGAN ADVERSITY QUOTIENT DALAM PENYUSUNAN TUGAS AKHIR MAHASISWA FAKULTAS AGAMA ISLAM DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Intensitas Ibadah dengan Adversity Quotient dalam penyusunan tugas akhir mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Kupang. Jenis  metode Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan analisis data menggunakan bantuan program SPSS versi 24.0. Adapun teknik pengumpulan datanya yaitu berupa koesioner. Untuk populasinya yakni mahasiswa akhir semester 8 dan semester 10 yaitu angkatan tahun 2017 dan 2018. Berdasarkan hasil penelitian dengan bantuan analisis data menggunakan uji analisis program SPSS versi 24.0 maka uji corelation variabel Intensitas Ibadah (X) dan Variabel Adversity Quotient (Y) memperoleh hasil 0,433. Jadi, terdapat hubungan antara Variabel Intensitas Ibadah Dengan Adversity Qoutient dengan pedoman derajat hubungannya yaitu sedang , dan sifat hubungannya yaitu  bersifat positif. Maksud dari sifat positif adalah semakin tinggi variabel Intensitas Ibadah (X) maka semakin tinggi pula Variabel Adversity Quotient (Y) sebaliknya semakin rendah variabel Intensitas Ibadah maka semakin rendah pula Variabel Adversity Quotient . Maka hipotesis saya diterima/ tidak ditolak

    Isolasi dan Identifikasi Komponen Bioaktif Ekstrak dan Minyak Atsiri Bunga Kecombrang (Etlingera elatior)

    Get PDF
    Produk pangan fungsional yang terus mengalami perkembangan dari tahunke tahun adalah pangan yang kaya akan antioksidan. Antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal proses oksidasi dalam tubuh. Sumber antioksidan alami antara lain berasal dari rempah-rempah. Rempah-rempah yang dapat digunakan adalah kecombrang, khususnya bagian bunga. Bunga kecombrang mengandung alkaloid, flavanoid, steroid, saponin dan minyak atsiri. Tujuan penelitian adalah 1) mengetahui pengaruh ekstraksi dan distilasi terhadap kandungan komponen bioaktif bunga kecombrang, 2) mengetahui kandungan utama komponen bioaktif pada ekstrak dan minyak atsiri bunga kecombrang, dan 3) mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak dan minyak atsiri bunga kecombrang sebagai sumber antioksidan alami. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental deskriptif dengan 5 sampel yaitu ekstrak bunga kecombrang (B1: non polar, B2: semi polar, B3: polar) dan minyak atsiri bunga kecombrang (M1: simplisia segar, M2: simplisia kering). Hasil penelitian menunjukkan pengaruh ekstraksi dan destilasi menghasilkan komponen bioaktif bunga kecombrang yang beragam, komponen bioaktif proses ekstraksi didominasi oleh alkaloid, steroid/terpenoid dan flavonoid. Sedangkan proses destilasi menghasilkan komponen bioaktif yang didominasi oleh golongan alkohol, asam karboksilat dan ester yaitu n-dodecanol, dodecanoic acid, dan dodecyl acetate. Kandungan utama komponen bioaktif pada ekstrak dan minyak atsiri bunga kecombrang yaitu alkaloid, flavonoid, steroid/terpenoid, dan golongan alkohol. Nilai pH terbaik: ekstrak semi polar sebesar 3,4 dan minyak atsiri simplisia segar bunga kecombrang dengan pH 4. Aktivitas antioksidan tertinggi: ekstrak polar IC50= 23,217 µgmL (sangat kuat) dan minyak atsiri simpilisia segar bunga kecombrang IC50-1= 66,37 µgmL (kuat). Sementara itu, total fenol tertinggi: ekstrak semi polar 34,62 mg TAEg bk dan minyak atsiri simplisia segar bunga kecombrang 48,434 mg TAEg bk. Indeks bias terbaik: ekstrak non polar dan semi polar, masing-masing 1,4692 dan 1,4694, indeks bias minyak atsiri simplisia segar bunga kecombrang 1,4445. Diantara ekstrak dan minyak atsiri, yang terbaik adalah minyak atsiri simplisia segar bunga kecombrang

    Aplikasi Edible Coating Berbasis Bunga dan Buah Kecombrang untuk Meningkatkan Masa Simpancabai Merah Keriting (Capsicum Annuum L.)

    Get PDF
    Edible coating merupakan lapisan tipis yang digunakan untuk melapisi dan melindungi produk dari kerusakan mekanis, kimia, dan biologis dengan mengurangi transmisi uap air, maupun aroma dari produk yang dikemas. Kecombrang dapat digunakan sebagai sumber bahan aktif pada edible coating untuk memberi efek perlindungan pada produk dan menghambat pertumbuhan mikroba. Cabai merah keriting merupakan salah satu produk yang mudah rusak oleh karena itu, perlu dilindungi dengan edible coating. Tujuan penambahan edible coating adalah untuk meningkatkan masa simpan cabai merah keriting. Pada penelitian ini dikaji 1) pengaruh ekstrak bagian tanaman kecombrang; 2) pengaruh metode pelapisan edible coating yang berbeda; 3) pengaruh lama penyimpanan; dan 4) mengetahui interaksi perlakuan variasi ekstrak tanaman kecombrang, metode pelapisan dan lama penyimpanan terhadap mutu cabai merah keriting ditinjau dari sifat fisik, kimia, mikrobiologi, dan sensori cabai merah keriting. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial. Faktor yang dikaji terdiri atas 3 faktor, ekstrak bagian tanaman kecombrang (A) yang terdiri atas A1= ekstrak bunga kecombrang; A2= ekstrak buah kecombrang; metode pelapisan (M) terdiri atas M1= penyemprotan; M2= pencelupan dan lama penyimpanan (L) terdiri atas L0= 0 hari; L1= 3 hari; L2= 6 hari; L3 = 9 hari; dan L4= 12 hari. Dari perlakuan tersebut diperoleh 20 kombinasi perlakuan dan tiap perlakuan diulang 2 kali sehingga diperoleh 40 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah kecombrang metode celup (dipping) lebih efektif dan mampu mempertahankan mutu fisik, kimia, mikrobiologi, dan sensori cabai merah keriting. Penyimpanan pada suhu 25-30°C hari ke-3 cabai merah keriting dengan sifat fisik: tekstur dengan penetrometer 0,61 kg/cm 2 ; kimia: kadar air 78,14%; kadar abu 1,13% bb (5,2% bk); pH 5; kadar total asam tertitrasi 0,49% bb (2,29% bk); dan total plate count 4,32 log CFU/g sedangkan sifat sensori warna cabai 3,23 (merah); aroma khas cabai 1,33 (tidak kuat); kesegaran 3,4 (segar); tekstur 3,28 (agak keras); dan kesukaan 3,53 (suka)

    STRUKTUR DAN FUNGSI MANTRA PADA MASYARAKAT MELAYU DI DUSUN SIMPUAN KECAMATAN SEMPARUK KABUPATEN SAMBAS

    Get PDF
    AbstractThe research focused on the structure and function mantras in Malay society in the Simpuan Hamlet Semparuk Sub-District Sambas District. This research uses a descriptive method. This research is in a qualitative form. The approach in this study usese a structural approach. The source of the data was informants, namely Mr. Suharmi as the first informant and Mrs. Igus as the second informant. Data in the form of structure (rhyme and rhythm) and spell functions in the form of words, phrases and sentences. The techniques used are interview, record, translation, and not taking techniques. The result of this study are as follows. First, the rhyme contained in the Malay Sambas mantra which is obtained from the analysis of the eight mantras. The rhymes contained in the eight mantras are absolute rhyme, full rhyme, half rhyme, alliteration rhyme, assonance rhyme, dissonance rhyme, chirping rhyme, continuos rhyme, twins rhyme, hugging rhyme, twins hugging rhyme, cross rhyme, broken rhyme, horzontal rhyme, initial vertical rhyme, middle rhyme, and end rhyme. Second, the rhythm contained in the eight Malay Sambas mantras is obtained from the analysis of the eight mantras. The rhythm contained in the recitation of the Malay Sambas mantras as a whole has a flat tone, third, the functions contained in the Malay Sambas mantras which is obtained from the analysis of the eight mantras. The functions contained in the Mantra Sambas are dedactive, aesthetic, and religiosity funtions.Keyword: Structure, Function, Mantras Malay

    SISTEM INFORMASI SIRKULASI BUKU PERPUSTAKAAN BERBASIS WEB (STUDI KASUS : SMAN 1 KARANGANOM)

    Get PDF

    Isolation of Anthocyanidin from Wora-Wari Flowers (Hibiscus rosa sinensis L.) and Its Application As Indicators of Acid-base

    Get PDF
    Wora-wari plants are easily cultivated and founded in Indonesia, also their bloomy is not seasonal. Isolation of anthocyanidin from Wora-wari was done by maceration using n-hexane, ethyl acetate and methanol-HCl 1.0% and isolation of anthocyanidin was performed by column chromatography. Identification for structure of anthocyanidin was done by UV-Vis spectrophotometer, FT-IR, 1H- and 13C-NMR along with color reagent. In the Wora-wari flowers, it has been identified the existence of anthocyanidin pelargonidin. The color change of anthocyanidin pelargonidin results in acid solution was red and base solution was green
    • …
    corecore